Virus Corona telah mencuri perhatian seluruh warga dunia. Munculnya
Virus Corona tentu berdampak pada berbagai lini kehidupan, termasuk
aktivitas para pelaku bisnis. Sejumlah pelaku bisnis pasti kesulitan
untuk mencapai target yang harus dicapai saat perekonomian
nasional terganggu akibat Corona. Selain kesulitan mencapai
target, mereka biasanya urung untuk melakukan ekspansi.
Tulisan ini saya buat untuk membuka sedikit wawasan kita atau mungkin
bisa membantu anda yang masih resah memilih strategi manakah yang harus
anda pilih dalam berbisnis di saat masa krisis seperti ini.
Oke, kita akan bersama-sama melihat dari sisi perekonomian global terlebih dulu. Jauh sebelum Covid ini terjadi, peta persaingan antar perusahaan telah banyak berubah. Baik yang berskala nasional ataupun multinasional. Ketika sebuah negara berani membuka diri untuk bersaing dengan negara lain, secara tidak langsung mereka juga telah membuka kesempatan perusahaan lokal untuk bersaing dengan perusahaan yang berada diluar negeri. Banyak perusahaan yang berusaha untuk menaikan keuntungan serta omset penjualan mereka dengan cara apapun. Mereka berusaha untuk terus berinovasi serta melakukan beberapa strategi yang berbeda dengan perusahaan kompetitor nya.
Perusahaan-perusahaan
yang besar semakin berusaha memperluas pasarnya dengan "mengakuisisi"
perusahaan-perusahaan baru atau start-up.
Adapula dengan cara membuat sebuah bisnis baru, baik yang masih berkorelasi atau tidak dengan bisnis utamanya (diversifikasi produk baik dalam segmen baru atau hanya melakukan diversifikasi geografi). Beberapa cara tersebut tergantung dari adanya ketersediaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan atau sebuah korporat. Collis dan Montgomery, ahli manajemen stratejik, mengemukakan bahwa banyak perusahaan yang tutup karena keputusan besar mereka tidak sesuai dengan kebutuhan stakeholder. Banyak korporat yang berusaha bersaing dengan kompetitornya meskipun harus "berdarah-darah" dalam red ocean.
Ada pula perusahaan yang kemudian melakukan merger begitu saja tanpa dilihat dari beberapa pertimbangan, misalnya tanpa mempertimbangkan sumber daya, bisnis, dan struktur serta sistem perusahaan (triangle corporate). Sehingga pada akhirnya, pilihan yang dapat dipilih hanya dua. Berkompetisi sendiri atau bekerjasama. Saya coba jelaskan satu per satu ya.
Competition atau Berkompetisi
Bagi kaum hawa,
siapa yang tidak mengenal dengan brand kosmetik, Wardah. Brand ini
merupakan salah satu produk yang diproduksi oleh PT. Paragon Technology
and Innovation. Brand ini sebenarnya telah diproduksi dan
dipasarkan sejak tahun 1995. Mungkin pada saat itu, masih belum banyak
pengguna kosmetik di Indonesia yang menggunakan produk ini. Namun siapa
yang dapat menduga, bahwa produk tersebut menjadi produk kosmetik
terbaik pada tahun 2016 sampai awal tahun 2017 ini (topbrand-award.com). Ketika
sebuah perusahaan memberanikan diri untuk bersaing dalam sebuah
industri yang didalamnya telah banyak pesain (red ocean), perlu
melakukan strategi untuk mampu menguasai pasar.
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan. Michael Porter, seorang ahli manajemen stratejik, mengatakan bahwa perusahaan perlu memperhatikan three generic strategic. Pertama adalah cost leadership, perusahaan perlu membandingkan kualitas dan harga dari produk yang sama dari kompetitor. Perusahaan jangan terlalu membuat mark-up yang tinggi pada harga produknya. Yang kedua adalah differentiation. Perusahaan perlu menciptakan sebuah produk yang unik, baik penciptaan desain ataupun pembaruan brand image. Dan yang ketiga adalah focus. PT. Sosro semakin sukses setelah fokus mengembangkan teh dalam botol nya. Terutama bagi perusahaan baru atau start-up, keinginan untuk melakukan diversifikasi produk hendaknya dilakukan ketika perusahaan sudah sangat cukup kuat untuk berdiri sendiri, baik dari sisi sumber daya manusia ataupun finansial.
Inilah beberapa hal yang perlu untuk anda lakukan jika seandainya anda lebih memilih untuk berkompetisi dalam sebuah industri dengan tingkat persaingan sangat ketat.
Cooperation atau Bekerjasama
Banyak perusahaan
yang pada akhirnya memilih untuk bekerjasama, baik dalam bentuk merger,
akuisisi, atau joint venture untuk menyelamatkan posisi mereka dalam
sebuah industri. Contohnya perusahaan minyak raksasa Royal Dutch Shell
yang berkantor pusat di Belanda. Hingga tahun lalu, Shell masih
menjadi salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia.
Keberhasilan Shell, merupakan hasil merger dua perusahaan besar, yaitu
Royal Dutch Petroleum Company dan Shell Transport and Trading Ltd.
Menyatunya perusahaan tersebut bukanlah tanpa sebuah alasan yang jelas,
yaitu untuk menyatukan sumber daya yang dimiliki guna memperluas
jaringan kerja mereka.
Contoh yang paling baru adalah pada
perusahaan Blue Bird dan Go-Jek yang pada akhirnya bekerjasama pada awal
tahun ini. Masih segar dipikiran kita mengenai berita demonstrasi sopir
taksi pada awal tahun 2016.
Pada saat itu, banyak perusahaan taxi konvensional, salah satunya Blue Bird, yang mogok untuk tidak beroperasional dikarenakan adanya ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah yang tetap membiarkan perusahaan taxi dan ojek online beroperasi. Namun mari kita segera lupakan pertikaian tersebut. Pada awal tahun 2017 ini, untuk mempermudah mobilitas pelanggan, kini taxi Blue Bird tersedia lewat aplikasi Go-Jek. Kedua perusahaan tersebut memiliki kepentingan pada customer experience.
Dua kasus tersebut merupakan contoh yang dapat dilakukan oleh perusahaan manapun untuk memperoleh keuntungan yang cukup besar. Namun salah satu pertimbangan jika anda ingin melakukan kerjasama dengan perusahaan lain adalah dengan melihat core business perusahaan tersebut. Apakah related atau unrelated. Dalam dua kasus yang telah tersaji diatas, mereka berasal dari industri yang sama. Royal Dutch Petroleum Company dan Shell Transport and Trading Ltd di industri perminyakan serta Blue Bird dan Go-Jek berada dalam industri jasa transportasi.
Pilih yang mana?
Pilihan untuk bekerjasama
ataupun berkompetisi memang menjadi pilihan anda sebagai pimpinan
ataupun CEO perusahaan. Semua dapat dilihat dari situasi dan kondisi
eksternal serta internal perusahaan anda. Pertanyaan mungkin adalah
apakah industri yang ada, masih memungkinkan anda untuk memenangkan
persaingan didalamnya atau tidak?
Apakah sumber daya perusahaan
anda cukup kompeten untuk bersaing secara head to head dengan kompetitor
anda? Jika ternyata anda masih memiliki amunisi untuk berperang,
lakukanlah kompetisi tersebut dengan baik.
Namun jika jawabannya
tidak atau mungkin jika anda memiliki kepentingan tertentu, mungkin
jalan bekerjasama dapat anda ambil sebagai salah satu solusi bagi
perusahaan anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar