Minggu, 12 April 2020

Pemimpin yang Efektif

Akhir-akhir ini saya banyak membaca beberapa informasi mengenai kinerja pemimpin kita. Dari Jokowi sampai Anies pun semua memperoleh imbasnya. Yang dulunya memuji sekarang menghujat. Namun itu sangat wajar terjadi. Namanya juga dinamika kelompok. 

Nah tulisan ini saya sengaja buat untuk melihat faktor apa saja yang membuat seorang pemimpin mampu menjadi seorang pemimpin yang efektif? Efektif artinya pemimpin yang bisa merefleksikan serta mengaplikasikan prinsip-prinsip yang bisa membuat kinerja tim menjadi lebih baik. Sehingga diharapkan dapat memperoleh tujuan perusahaan. Lantas faktor apa saja yang dapat membuat pemimpin menjadi lebih efektif? 



Emotional Intelligence

Selain IQ, syarat lain adalah kecakapan pemimpin mampu bekerja dengan melakukan tindakan-tindakan yang efektif.
Ia membagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu kemampuan teknis seperti akuntansi dan perencanaan bisnis; kecakapan kognitiv; kemampuan dalam menunjukkan tingkat emosionalnya dengan contoh bagaimana mereka mampu bekerjasama dengan anggota kelompok lain. Bahkan Goleman juga mencontohkan bahwa perbedaan yang mendasar antara karyawan senior dengan para “pemain bintang” terletak pada kemampuan dalam mengelola kecerdasan emosional. 

Adapun 5 komponen kecerdasan emosional dalam bekerja adalah sebagai berikut:
  •  Self Awereness
Yaitu bagaimana kita mampu mengenali dan mengerti suasana hati, emosi serta dampak yang terjadi. Seseorang yang mempunyai kepedulian diri biasanya mereka lebih mengerti tentang nilai serta tujuan hidup serta lingkungan kerja sekitar. Untuk mengenali diri sendiri dapat dilakukan dengan keterbukaan pada diri kita sendiri. Orang dengan kepedulian diri yang tinggi akan dapat dilihat dari tingkat kepercayaan dirinya.
  • Self Regulation
Yaitu bagaimana kita mampu mengatur dan mengelola serta mengontrol diri kita sendiri dalam melakukan aktivitas kerja kita. Lantas mengapa ukuran kepemimpinan harus diukur dari ukuran regulasi itu sendiri, karena mereka yang mampu mengatur dirinya sendiri biasanya mampu menciptakan lingkungan yang jujur dan adil. Serta hal ini sangat penting untuk alasan kompetitif. Artiya setiap orang memerlukan adanya alat untuk dapat mengelola atau mengatur emosinya, mengingat ketika berada dalam dunia bisnis kita dapat memperoleh banyak hal dengan cepat. Misalnya kebijakan bisnis dan teknologi yang terus berkembang.
  • Motivation
Sebagai pemimpin harus dapat membeirkan dorongan semangat kepada orang lain dalam melakukan pekerjaannya. Pada dasarnya karyawan sangat menyukai tantangan.
  • Empathy
Adalah sebuah perasaan untuk mencoba memahami perasaan dan emosi dari orang lain. Empati tidak hanya sekedar mengerti tentang keadaan ataupun persoalan yang terjadi namun lebih mengerti memahami perasaan.
  • Social Skill
Sebuah keadaan dimana mewajibkan para pemimpin untuk dapat mengarahkan para anggotanya kepada apa yang sudah menjadi tujuannya. Kemampuan sosial dapat dicontohkan dengan cara berkomunikasi langsung dengan orang lain, menggunakan teknologi ataupun juga dengan melakukan interaksi secara intens dengan pihak lain.

Dari poin tersebut sudah dapat disimpulkan bahwa Emotional Intelligence sangat dibutuhkan dalam sebuah kepemimpinan. Selain itu jika seandainya kita berbicara tentang kepemimpinan, kita pasti sudah sangat akrab dengan jenis kepemimpinan yang authentic. Kepemimpinan jenis ini tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Menjadi seorang pemimpin juga memerlukan adanya latihan dan komitmen dalam pengembangan diri. Kita tidak dapat menutup diri akan segala hal yang dapat mengembangkan talenta dan potensi kita. Satu hal yang terpenting adalah bagaimana kita harus tetap terus mengobservasi dan mengembangkan apa yang menjadi kelebihan diri kita. Apabila sudah mampu mengembangkan potensi kita, maka ia akan mampu mendukung kelompoknya untuk turut berkembang dan semakin berintegrasi. 

Authentic Leadership

Lantas bagaimana hubungan antara kepemimpinan yang authentic terhadap pembentukan sebuah kelompok yang efektif? Pada awalnya seorang pemimpin biasanya akan memunculkan ide-ide hebat dari pengalaman yang telah dialaminya pada masa lalu. Setelah itu seseorang dengan jiwa kepemimpinan yang authentic haruslah mampu mengenali akan apa yang menjadi kelebihan serta kelemahannya selama ini agar ia mampu mengembangkan nilai serta tujuan hidupnya. Apabila semua telah dapat terwujud maka ia akan mampu untuk menyeimbangkan antara kelebihan antara faktor internal dan eksternal yang ada. Apabila ia mampu menyeimbangkan kedua faktor tersebut, diharapkan ia akan mampu membangun sebuah tim dengan menciptakan integrasi yang kuat sehingga masing-masing anggota kelompok mampu menjadi pemimpin. Dari sini dapat dilihat bagaimana peran penting pengalaman pribadi di masa lalu terhadap pembuatan keputusan dalam sebuah kelompok. 

Bagaimana kita mampu menjadi seorang figur dengan kepemimpinan yang authentic? Apakah cukup dengan IQ nya saja? Ternyata tidak. Banyak orang yang menghormati seorang pemimpin buka hanya dari bagaimana ia berpikir, tapi lebih kepada bagaimana seorang pemimpin tersebut mampu memberikan contoh konkrit atas apa yang harus mereka lakukan, bukan hanya lip service saja. Selain itu, seorang pemimpin juga harus mendapatkan apa yang sementara dicari atau dibutuhkan oleh para anggotanya. Sementara itu jika kita berbicara tentang kepemimpinan, akan muncul banyak pertanyaan yang mana salah satunya apakah benar bahwa kepemimpinan yang baik itu dapat muncul dengan sendirinya? Jawabannya tentu tidak. Seseorang akan menjadi pemimpin yang baik jika ia mampu mengatur dan terbuka atas segala kekurangan dan kelebihannya. 


Mitos Tentang Kepemimpinan

  • Setiap Orang Dapat Menjadi Pemimpin.
Tidak Benar. Kenyataannya tidak semua orang mau untuk menjadi pemimpin.
  • Pemimpin Menciptakan Hasil Bisnis.
Tidak selalu. Bisnis yang berhasil diperoleh pula dari menejemen yang kompeten.
  • Seorang Pemimpin adalah Pelatih yang Terbaik
Jarang. Pemimpin juga lebih cenderung memberikan pelatihan secara teknis.
  • Setiap Orang yg Mencapai Puncak adalah Pemimpin
Belum tentu. Orang mampu mencapai puncak bisa jadi faktor lain. Politik misalnya.

Satu hal yang menarik dari kolom diatas adalah bahwa tidak semua manajer ternyata mampu menjadi pemimpin. Seorang manajer supaya dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin harus mengerti tentang cara memecahkan permasalahan yang ada melalui alat-alat ataupun pengetahuan tentang tim, baik secara internal ataupun eksternal. Sebagai pemimpin kita juga perlu untuk dapat membuat struktur yang baik bagi perusahaan kita untuk nantinya dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Nah cukup rumit kan jadi pemimpin yang efektif itu? Buat yang selama ini gak puas sama pemimpin A, B, C dan sebagainya gak apa2 kok. Mengawal kinerja mereka itu wajar dan harus. Tapi berikan juga jalan keluar yang baik dan disampaikan juga dengan baik. Karena jadi pemimpin itu sejatinya gak gampang. Dan pemimpin kita juga manusia. At least manusia juga banyak kurangnya. Gak ada yang sempurna. Hehehe.. Sekian dari saya. Semoga bermanfaat ya tulisan saya ini. 

See you!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ADA APA DENGAN THR? (Sebuah Filosofi Sistem Manajemen Kinerja)

Hi, lama banget laman blog ini sepi hahahaha. Oke, kali ini saya coba ramaikan lagi ya. Sama seperti yang sedang ramai dibicarakan diluar sa...